Sejarah terus bergerak mengisahkan tentang jatuh bangunnya umat dan peradaban masa lampau akibat kezaliman yang diperbuat oleh masyarakatnya. Merosotnya pamor Daulah Abbasiyah yang dulunya memegang puncak kejayaan peradaban umat Islam, tak lepas dari kemaksiatan dan kemungkaran yang merajalela diberbagai sudut negeri Baghdad, Kota peradaban yang dahulunya melahirkan para Ulama, cendikiawan, dan pahlawan, dilanda beragam penyimpangan moral.
Beberapa penguasa terakhir dari Daulah Abbasiyah dikenal gemar minum khamr (minuman keras) seringkali, istana-istana khalifah diubah menjadi bar-bar tempat berpesta minum khamr dan mendengarkan musik dan nyanyi-nyanyian. Tempat-tempat plesiran tersebar diberbagai penjuru negeri. Kaum pria dan pemuda sibuk dengan perbuatan maksiat dan sia-sia. Akhirnya Allah menimpakan azab kepada mereka dengan masuknya tentara Mongol yang meluluhlantakan kota Baghdad.
Ketika tentara Mongol tengah melancarkan seranganya ke gerbang-gerbang kota Baghdad, sang penguasa waktu itu malah asyik menikmati tarian budak perempuan bernama Arafah, tanpa merasakan sedikitpun tanggungjawab. Akhirnya pada hari Ahad, 4Shafar 665 H, keluarlah sang penguasa dari kota Baghdad bersama para pembesar kerajaan untuk menyerahkan diri.
"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (QS al-Isra':16).