20 October 2011

Pencetak Gol Terbanyak Dalam Sejarah Piala Dunia

Pencetak Gol Terbanyak Sepanjang Sejarah Piala Dunia
Pele dan Maradona boleh jadi adalah legenda sepakbola dunia paling
tersohor, namun untuk urusan pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah
penyelenggaraan piala dunia, pemain asal Brazil Ronaldo lah orangnya.
Rekor 15 golnya di piala dunia belum terpecahkan sampai sekarang.

11 October 2011

Kota Samarinda

Samarinda yang dikenal sebagai kota seperti saat ini dulunya adalah
salah satu wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Di
wilayah tersebut belum ada sebuah desa pun berdiri, apalagi kota.
Sampai pertengahan abad ke-17, wilayah Samarinda merupakan lahan
persawahan dan perladangan beberapa penduduk. Lahan persawahan dan
perladangan itu umumnya dipusatkan di sepanjang tepi Sungai Karang
Mumus dan sungai Karang Asam.
Pada tahun 1668, rombongan orang-orang Bugis Wajo yang dipimpin La
Mohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado) hijrah dari tanah Kesultanan
Gowa ke Kesultanan Kutai. Mereka hijrah ke luar pulau hingga ke
Kesultanan Kutai karena mereka tidak mau tunduk dan patuh terhadap
Perjanjian Bongaya setelah Kesultanan Gowa kalah akibat diserang oleh
pasukan Belanda. Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa
itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.

Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut
diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah
yang baik untuk usaha pertanian, perikanan dan perdagangan. Sesuai
dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala
kepentingan Raja Kutai, terutama di dalam menghadapi musuh.

Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus
(daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan di
dalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan
banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung
(Gunung Selili).

Sekitar tahun 1668, Sultan yang dipertuan Kerajaan Kutai memerintahkan
Pua Ado bersama pengikutnya yang asal tanah Sulawesi membuka
perkampungan di Tanah Rendah. Pembukaan perkampungan ini dimaksud
Sultan Kutai, sebagai daerah pertahanan dari serangan bajak laut asal
Filipina yang sering melakukan perampokan di berbagai daerah pantai
wilayah kerajaan Kutai Kartanegara. Selain itu, Sultan yang dikenal
bijaksana ini memang bermaksud memberikan tempat bagi masyarakat Bugis
yang mencari suaka ke Kutai akibat peperangan di daerah asal mereka.
Perkampungan tersebut oleh Sultan Kutai diberi nama Sama Rendah. Nama
ini tentunya bukan asal sebut. Sama Rendah dimaksudkan agar semua
penduduk, baik asli maupun pendatang, berderajat sama. Tidak ada
perbedaan antara orang Bugis, Kutai, Banjar, Filipinayang
dan suku lainnya.
Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara
rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak ada perbedaan
derajat apakah bangsawan atau tidak, semua "sama" derajatnya dengan
lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak dan di kiri
kanan sungai daratan atau "rendah". Diperkirakan dari istilah inilah
lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan Samarenda atau lama-kelamaan
ejaan Samarinda. Istilah atau nama itu memang sesuai dengan keadaan
lahan atau lokasi yang terdiri atas dataran rendah dan daerah
persawahan yang subur.

Source: id.wikipedia.org

04 October 2011

Kerajaan Padjajaran

Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan
ini beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa
Barat. Kata Pakuan sendiri berasal dari kata Pakuwuan yang berarti
kota. Pada masa lalu, di Asia Tenggara ada kebiasaan menyebut nama
kerajaan dengan nama ibu kotanya. Beberapa catatan menyebutkan bahwa
kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang
disebutkan dalam Prasasti Sanghyang Tapak.

Dari catatan-catatan sejarah yang ada, baik dari prasasti, naskah
kuno, maupun catatan bangsa asing, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan
ini; antara lain mengenai wilayah kerajaan dan ibukota Pakuan
Pajajaran. Mengenai raja-raja Kerajaan Sunda yang memerintah dari
ibukota Pakuan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara
naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga
Guru.
Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan
sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:
Prasasti Batu Tulis, Bogor
Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
Prasasti Kawali, Ciamis
Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor.
Daftar raja Pajajaran
Sri Baduga Maharaja (1482 -1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)
Surawisesa (1521 - 1535), bertahta di Pakuan
Ratu Dewata (1535 - 1543), bertahta di Pakuan
Ratu Sakti (1543 - 1551), bertahta di Pakuan
Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan
Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf
Raga Mulya (1567 - 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana,
memerintah dari Pandeglang
Keruntuhan
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan
Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran
ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana
raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Bantenoleh
pasukan Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi
politik agar di Pakuan Pajajaran tidak mungkin lagi dinobatkan raja
baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang
sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja.
Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan
bekas Keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu
Gilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata
Sriman.
Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang
meninggalkan istana lalu menetap di daerah Lebak. Mereka menerapkan
tata cara kehidupan mandala yang ketat, dan sekarang mereka dikenal
sebagai orang Baduy.

Source: www.id.wikipedia.org